Menurut Dadang, nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.
“Memang kalau sudah menjelang semester kedua, itu biasanya produksi padi mengalami penurunan. Baik itu karena masalah cuaca, tapi juga kadang kala pola tanamnya. Ada yang dalam satu tahun empat bulanan, misal pertama ditanam padi kemudian berikutnya ditanam palawija dan nanti padi lagi dan sebagainya,” kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua pihak dan berkaca pada tahun sebelumnya.
Yakni, ketika produksi padi mengalami penurunan akan menyebabkan kenaikan harga beras di masyarakat.
“Nilai tukar petani dalam dua bulan terakhir ini, nilai tukar petani turun. Karena apa, harga yang diterima petani terutama harga gabah itu turun, sehingga ini akan mempengaruhi nilai tukar petaninya,” pungkasnya. (Bud)