“Keputusan tersebut tentu sangat tergantung dinamika internal yang berkembang, serta kebijakan DPP PKB dalam memberikan rekomendasi,” tambah Pras.
Sementara, poros politik kedua kemungkinan dinisiasi oleh PDI Perjuangan sebagai runner up pemilu. Sejauh ini, PDI Perjuangan dengan perolehan 10 kursi terlihat belum menentukan arah koalisi. Tetapi jika berkaca pada Pilkada 2018, partai ini cenderung akan membangun poros politik dengan mengajak satu atau dua partai untuk bergabung.
Kemudian, poros ketiga yang cukup menyita perhatian ialah bergabungnya lima partai yaitu Golkar, Gerindra, PKS, PPP, PAN yang membentuk koalisi Poros Tengah. Jika digabungkan, kelima partai tersebut mengantongi 23 kursi dewan. Dengan modal 46 persen kursi dewan, Poros Tengah memiliki daya tawar yang tinggi untuk mengusung pasangan sendiri.
“Kendati demikian, poros ini tampaknya belum memiliki figur yang cukup kuat dan kompetitif untuk menandingi poros yang dibentuk PKB dan PDI Perjuangan. Karena itu, beredar isu Poros Tengah akan mengambil posisi untuk menawarkan calon wakil bupati, baik ke poros PKB maupun PDI Perjuangan,” ujarnya.
Dia menduga, konfigurasi tiga poros koalisi di Kabupaten Tegal sejauh ini masih bersifat dinamis dan masih sangat berpotensi berubah.
“Keputusan politik yang diambil PKB, tampaknya dapat memengaruhi peta politik dan komposisi kandidat. Konsistensi dan kesolidan koalisi Poros Tengah juga akan diuji seiring dengan berbagai dinamika politik yang akan berkembang dalam dua bulan mendatang,” pungkas Pras.